Foto: dok. UGM.
JAKARTA - Mahasiswa Magister Manajemen (MM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta kembali membuktikan diri dalam kompetisi bisnis di tingkat nasional. Sejak tahun lalu, ini merupakan kali ketiga tim MM UGM menjadi juara dalam ajang serupa.
Ketiga kompetisi tersebut adalah Master of Journey Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI), jawara pertama International Association of Students in Economic and Commercial Sciences (AIESEC) UI, serta menjadi The Best Team dalam kompetisi bisnis National Business Case Competition yang dilaksanakan oleh Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Direktur MM UGM Lincolin Arsyad mengaku bangga atas capaian prestasi para mahasiswanya. Namun, dia berharap, prestasi tersebut dapat terus ditingkatkan hingga ke jenjang internasional. Untuk itu, Lincolin mendukung penuh keikutsertaan tim mahasiswa MM UGM dalam final kompetisi bisnis di Thailand pada Maret mendatang. “Bukan hanya tingkat lokal kita bisa juara tapi juga di tingkat internasional,” kata Lincolin saat membuka kegiatan Parade Pride Business Competition Club di Auditorium Sukadji Ranuwiraho, seperti dikutip dari laman UGM, Jumat (22/2/2013).
Dalam kesempatan itu, Lincolin juga mendorong mahasiswa untuk ikut aktif dalam berbagai perlombaan kompetisi bisnis. Menurut Lincolin, perlombaan semacam itu akan memberi pengalaman dan penambahan pengetahuan bagi mahasiswa untuk belajar banyak pengalaman di luar akademis. “Di dunia ini tidak banyak yang bisa berprestasi. Mereka yang berprestasi umumnya berasal dari minoritas dan orang-orang terpilih,” paparnya.
Dalam presentasi Parade of Pride, tim pertama yang terdiri Dyah, Adrian Tony Prakoso, dan Yosep Andi yang menggondol juara dalam kompetisi bisnis MJM UI 2012 lalu mempresentasikan kembali ide strategi bisnis yang sama. Ide tersebut terkait strategi transformasi PT Pos Indonesia.
Dyah menuturkan, mengatakan tantangan utama yang dihadapi Pos Indonesia terletak pada perbaikan marketing dan human resources. “Kami menawarkan konsep Refresh, Reform, Recharge berupa inovasi pelayanan untuk meningkatkan kepuasan konsumen,” tutur Dyah.
Karena ide bisnis yang ditawarkan dinilai baik oleh Dewan Juri tim ini dinyatakan sebagai pemenang dengan demikian berhasil menyisihkan 70 tim yang ikut kompetisi tahunan tersebut. Dengan demikian, dua tahun berturut-turut MM UGM pun menjadi juara bertahan.
Sedangkan Tim Baruklinting, mencoba mengolah permasalahan sosial menjadi sebuah peluang bisnis. Tim yang terdiri dari Eko Prasetyi, Titis, dan Palupi ini menawarkan pemanfaatan eceng gondok di danau rawa pening kabupaten Sematang untuk dimanfaatkan menjadi pupuk organik. Ide ini berasal dari permasalahan sosial tentang keberadaan eceng gondok di Rawa Pening. Bahkan, pemerintah telah menggelontokan dana sekira Rp6 miliar untuk membasmi enceng gondok. Pasalnya, satu tanaman eceng gondok mampu menghasilkan puluhan ribu tanaman dalam waktu delapan bulan.
Atas ide bisnis tersebut, Eko dan kawan-kawan berhak keluar sebagai salah satu juara dalam kompetisi social business challenge AIESEC. “Kami menawarkan pembuatan pupuk organik Cengok. Dari ide bisnis, pengolahan, hingga pemasaran kami melibatkan masyarakat sekitar,” urai Palupi.(rfa)
Ketiga kompetisi tersebut adalah Master of Journey Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI), jawara pertama International Association of Students in Economic and Commercial Sciences (AIESEC) UI, serta menjadi The Best Team dalam kompetisi bisnis National Business Case Competition yang dilaksanakan oleh Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Direktur MM UGM Lincolin Arsyad mengaku bangga atas capaian prestasi para mahasiswanya. Namun, dia berharap, prestasi tersebut dapat terus ditingkatkan hingga ke jenjang internasional. Untuk itu, Lincolin mendukung penuh keikutsertaan tim mahasiswa MM UGM dalam final kompetisi bisnis di Thailand pada Maret mendatang. “Bukan hanya tingkat lokal kita bisa juara tapi juga di tingkat internasional,” kata Lincolin saat membuka kegiatan Parade Pride Business Competition Club di Auditorium Sukadji Ranuwiraho, seperti dikutip dari laman UGM, Jumat (22/2/2013).
Dalam kesempatan itu, Lincolin juga mendorong mahasiswa untuk ikut aktif dalam berbagai perlombaan kompetisi bisnis. Menurut Lincolin, perlombaan semacam itu akan memberi pengalaman dan penambahan pengetahuan bagi mahasiswa untuk belajar banyak pengalaman di luar akademis. “Di dunia ini tidak banyak yang bisa berprestasi. Mereka yang berprestasi umumnya berasal dari minoritas dan orang-orang terpilih,” paparnya.
Dalam presentasi Parade of Pride, tim pertama yang terdiri Dyah, Adrian Tony Prakoso, dan Yosep Andi yang menggondol juara dalam kompetisi bisnis MJM UI 2012 lalu mempresentasikan kembali ide strategi bisnis yang sama. Ide tersebut terkait strategi transformasi PT Pos Indonesia.
Dyah menuturkan, mengatakan tantangan utama yang dihadapi Pos Indonesia terletak pada perbaikan marketing dan human resources. “Kami menawarkan konsep Refresh, Reform, Recharge berupa inovasi pelayanan untuk meningkatkan kepuasan konsumen,” tutur Dyah.
Karena ide bisnis yang ditawarkan dinilai baik oleh Dewan Juri tim ini dinyatakan sebagai pemenang dengan demikian berhasil menyisihkan 70 tim yang ikut kompetisi tahunan tersebut. Dengan demikian, dua tahun berturut-turut MM UGM pun menjadi juara bertahan.
Sedangkan Tim Baruklinting, mencoba mengolah permasalahan sosial menjadi sebuah peluang bisnis. Tim yang terdiri dari Eko Prasetyi, Titis, dan Palupi ini menawarkan pemanfaatan eceng gondok di danau rawa pening kabupaten Sematang untuk dimanfaatkan menjadi pupuk organik. Ide ini berasal dari permasalahan sosial tentang keberadaan eceng gondok di Rawa Pening. Bahkan, pemerintah telah menggelontokan dana sekira Rp6 miliar untuk membasmi enceng gondok. Pasalnya, satu tanaman eceng gondok mampu menghasilkan puluhan ribu tanaman dalam waktu delapan bulan.
Atas ide bisnis tersebut, Eko dan kawan-kawan berhak keluar sebagai salah satu juara dalam kompetisi social business challenge AIESEC. “Kami menawarkan pembuatan pupuk organik Cengok. Dari ide bisnis, pengolahan, hingga pemasaran kami melibatkan masyarakat sekitar,” urai Palupi.(rfa)